Orang bilang, hidup ini bagai roda pedati, terkadang di atas, terkadang pula di bawah. Lebih ekstrim lagi, bahwa hidup ini layaknya suami istri saat di pelaminan yang saling berganti posisi. Apa yang terjadi bila suatu keadaan itu stagnan? Tentu akan membuat pudarnya rona keindahan dan keseimbangan.
Posisi di bawah sering identik dengan keterpurukan, keterjatuhan dan semua keadaan yang tidak menguntungkan. Sungguh sangat menyedihkan, ketika posisi di bawah itu lantas dibarengi dengan terhetinya perputaran roda kehidupan, atau keterpurukan itu merupakan sesuatu yang final dan tak akan pernah berotasi kembali.
Untuk tidak mengalami hal seperti ini, maka jangan pernah berputar, atau berputarlah dengan kecepatan di atas 100 km/jam sehingga antara keterpurukan dan keberuntungan itu tak lagi dapat dirasakan. Sehingga hidup ini terasa stabil seolah-olah tak pernah berputar. Tapi, apa keadaan seperti itu indah?
Kali ini aku benar-benar merasakan, bahwa kehidupanku sudah tak indah dan menarik lagi, karena keadaanku kini ibarat sebuah pedati tua nan usang yang tak beroda, dan aku kini tak bisa berotasi.
Posisi di bawah sering identik dengan keterpurukan, keterjatuhan dan semua keadaan yang tidak menguntungkan. Sungguh sangat menyedihkan, ketika posisi di bawah itu lantas dibarengi dengan terhetinya perputaran roda kehidupan, atau keterpurukan itu merupakan sesuatu yang final dan tak akan pernah berotasi kembali.
Untuk tidak mengalami hal seperti ini, maka jangan pernah berputar, atau berputarlah dengan kecepatan di atas 100 km/jam sehingga antara keterpurukan dan keberuntungan itu tak lagi dapat dirasakan. Sehingga hidup ini terasa stabil seolah-olah tak pernah berputar. Tapi, apa keadaan seperti itu indah?
Kali ini aku benar-benar merasakan, bahwa kehidupanku sudah tak indah dan menarik lagi, karena keadaanku kini ibarat sebuah pedati tua nan usang yang tak beroda, dan aku kini tak bisa berotasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar